Kamis, 28 Agustus 2014

SCRIPT FILM PENDEK "VILLA"


VILLA

Skenario : Toto Prastyo

Dari Cerpen Karangan: Ariel Kristant


EXT. HALAMAN SEKOLAH

Sekitar 50 Siswa sedang mendapatkan pengarahan dari seorang guru. Mita menggandeng tangan Rio dengan erat dan tampak mesra. Rio memperhatikan Andini dan sesekali mencari-cari perhatian pada Mita.




Pak Joko

Sekarang anak-anak silahkan naik ke dalam bis.


Siswa naik ke dalam bus

TITLE

VILLA

INT. DALAM BUS

Andini menyuruh Ariel untuk geser agar dia bisa berada didekat jendela.


Andini

Ril, jangan pindah ya, gua mau duduk ama loe, ok (Sambil mengedipkan mata)

Ariel menganggukkan kepala. RIO terlihat geram pada Ariel.
Bus Berjalan
Andini memakai headshet dan menikmati musik sambil tersenyum. Aril memperhatikan Andini.
Sekitar jam 7 malam tampak semua penumpang terlelap. Aril menatap Andini dan tiba-tiba Ariel mencopot jaketnya untuk di selimutkan ke Andini. Dan Andini merubah posisi sandarannya ke pundak Ariel.
Bus berhenti
Ariel membangunkan Andini.

Ariel

Andini, Andini...Bangun sudah sampai.
Andini terbangun

Andini

Terimakasih

Andini menggandeng tangan Ariel dan mengajak untuk turun.

EXT. HALAMAN VILLA MEWAH

Tampak sebuah Villa Mewah namun sangat menyeramkan.
Andini semakin erat menggandeng tangan Ariel.


Pak Joko
"Ayo anak anak sekarang kita semua masuk kedalam Villa"

INT. DIDALAM KAMAR VILLA 

HP Ariel berdering ada sms dari Andini
 (SMS)

“Ril, temenin aku dong takut nih”
“Kan ada Rio ya tho”

“kok Rio terus sih”
“nah terus, kenapa harus aku?”
“ndak mau, ya udah”

Ariel menyusul teman teman sekamarnya, namun terhenti saat mendengar gemericik air sower dari kamar mandi dan segera Ariel membangunkan teman-temannya secara perlahan. Dan mereka mencoba untuk memeriksa suara itu, namun belum sampai memeriksa suara itu semakin keras dan diiringi suara ketukan dari dalam kamar mandi. Maka semuanya tidur di ruang tamu. Hingga semua tertidur pulas. Hingga akhirnya sudah pagi. Dan Ariel tiba tiba telah berpindah posisi tertidur di dapur. Lengkap dengan pisau dan garpu makan yang bersemayam di dekat kepala Ariel.



Andini

“Ril, bangun. Cepet…”


Ariel
“ahh, lima menit lagi”


Andini
“lho, cepet bangun kok”


Ariel
“haduh, diem deh”

Andini menyiram satu ember air ke Ariel


Ariel

“eh, Andini. Tega bener nyiram aku..”


Andini
“bukannya tega Ril, tapi lihat loe tidur dimana?”


Ariel
“Astaga…”


Andini
“cepet gih turun”


Ariel
“iiyyyaaa”

Akhirnya Ariel Turun sambil terheran-heran. Ariel berjalan ke ruang tamu dan melihat yang lain masih tertidur disana. Andini berjalan di sebelah Ariel dan kini menggandengnya. 


Ariel

“ngapain sih anak ini” (dalam hati)


Andini

“Ril, loe kok diem aja sih?”


Ariel
“abisnya dari kemaren sikapmu aneh banget sama aku.”


Andini
“aneh gimana? gua biasa aja tuh.”


Ariel
“aneh banget, kenapa kamu maunya duduk sama aku? Dan sekarang nemenin aku dan bukan yang lain?”


Andini
“hmmm… Ril, mau tau alasannya?”


Ariel
“ya mau, apa alasanmu”


Andini
“hmmmm, loe mandi dulu tapi” wajah mengejek.

Ariel segera bergegas masuk ke kamar, namun saat mau membuka pintu Ariel menjadi gugup dan takut, karena kejadian semalam.



Andini

“he, cepet loe masuk” membentak


Ariel
“aku takut Ni, semalem ada kejadian aneh di dalam”


Andini
“hmm, Ril, aku juga ngalamin hal yang aneh juga semalam”


Ariel
“lho iya tha?”


Andini
“iya, loe mau tau nda?”


Ariel
“iya apa? Ceritain ke aku”


Andini
“hmmm… ini aneh banget Ril, gua kangen loe. Hahahaha”


Ariel
“lhe, ini serius yoo. Aku nda jadi mandi deh.”


Andini
“berarti gua ga jadi ngasih tau alasanya dong.”


Ariel
“ya jangan gitu lha..”


Andini
“eh, ngobrol di teras yuk, mumpung yang lain belum bangun”

Belum sempat menjawab Andini sudah menarik tangan Ariel dan kini mereka berdua menuju teras villa.

EXT. TERAS VILLA

Teras itu menghadap ke arah gunung. Jadi seolah-olah villa berhadapan dengan gunung langsung. Udara Dingin sedikit demi sedikit menghipnotis. Mereka berdua duduk di kursi teras. Lagi lagi Andini menggenggam tangan Ariel. Kali ini Ariel balas genggamannya, Andini menatap Ariel dan.

Ariel

“Din, kamu sudah sering gini ya sama cowok?”


Andini
“gini, maksud loe?”


Ariel
“ya berduaan, terus pegangan tangan, terus…”


Andini

“ga pernah kok” sahut Ariel cepat


Ariel

“nah terus kok sama aku kamu gini”


Andini
“hmm, gua suka loe Ril”


Ariel
“hah?”


Andini
“iya, gua suka. Loe yang terlalu lama diem.”


Andini
“eh, lihat tuh, mataharinya indah banget ya” (sambil  menunjuk matahari mencoba mengalihkan perhatian)

Andini tak menghiraukannya dan kini dia bersandar di pundak Ariel. Ariel belai rambut Andini dan sesekali Andini menatap Mata Ariel. Dan tiba tiba datang Rio 


Rio

“woi, enak banget ya pacaran di sini” (ledek Rio dengan wajah cemburunya)


Andini
“akh diem loe.” dengan sewotnya

Tiba tiba datang Mita dari belakang

Mita
“Rio, kamu kok di sini cayang..” 

Mita datang dan memeluk Rio dari belakang


Andini
“Tuh ada Mita, sana pacaran sendiri, jangan ganggu gua.” Menyeleletuk 

Mita menarik tangan Rio sedangkan Rio tetap ingin bertahan di sana. Tapi akhirnya, mereka berdua berlalu.

Andini

“Riel, satu hal lagi yang harus loe ngerti”


Ariel
“Apa Din?”’


Andini
“hmm, loe bau. belum mandi. Hehehe”

Ariel secara refleks memeluk Andini dan mencari hidungnya, berusaha untuk memencetnya. Andini cuman ketawa waktu di pencet hidungnya. Suara Pintu


“BBRRAAAKKK”


Andini
“eh, apa itu Ril?”


Ariel
“Pintunya ketutup sendiri”


Andini
“eh, padahal nggak ada angin ya?”


Ariel
“coba aku periksa.”

diiringi langkah mengecek pintu yang kini sudah terbuka kembali.


Ariel
“wah, kok aneh banget ya” Gumam Ariel dalam hati


Andini
“Ril, ayo makan”


Ariel
“ok Din, kamu masuk dulu deh, aku ntar nyusul”


Andini
“ga mau, maunya sama kamu”


Ariel
“ih, manja bener”

INT. DIDALAM VILLA

Ariel dan Andini masuk dan mendapati semua anak yang lain telah menikmati masakan yang telah dimasak Bu Nuri. Andini dan Ariel sudah mengambil piring dan hendak mengambil lauk.

Andini
“Ril, gua nda suka lauknya. Kita ngemie aja yuk” sambil tersenyum


Ariel
“ah, kamu ini ada-ada aja.”


Andini
“gak papalah, ya.. gua tiba-tiba ngidam mie”


Ariel
“ihh, ngidam, mang hamil kamu? Haha”


Andini
“kan kamu bapaknya? Wwkwkwkwk”


Ariel
“ya udah, masak mie yuk”

Jam menunjukan pukul dua siang. Namun kali ini lebih aneh lagi, karena semua anak menjadi pendiam. Terutama si Rio yang biasanya merupakan trouble maker, kini menjadi anak yang diam dan hanya duduk menonton tivi di ruang tamu. Begitu juga dengan para guru, kini sikapnya aneh.


Andini

“Ril, kok semuanya nyeremin ya.”


Ariel
“iya Din, takut aku jaDinya.”


Andini
“Ril, pulang yuk gua jadi takut banget.”


Ariel
“iya, tapi yang lain gimana?”


Andini
“biarin aja deh”


Ariel
“ya udah ambil tasmu, aku ambil tasku. Kita pergi”  dengan nada Tegas


Andini

“ok Ril”

Saat Ariel dan Andini sudah bersiap membuka pintu dan hendak pergi, tiba-tiba semuanya berdiri dan pergi menuju mereka berdua, mata dari tiap-tiap orang itu menjadi putih dan diiringi dengan tawa mengerikan. 


Andini

“pintunya gak bisa di buka. Aduh”

Mendapati Bu Nuri telah berubah menjadi seram


Bu Nuri 
 “kalian tak bisa keluar dari sini. Kalian adalah Tumbalku.” 


Ariel
“si.. si.. siapa itu?” 

Bu Nuri hanya tertawa. kini penampilannya acak-acakan hendak melempar pisau ke arah Ariel. Begitu pula dengan siswa-siswa yang saat itu seperti zombie. Mereka semua semakin mendekat. 

Ariel dan Andini semakin terpojok. Ariel melihat pintu belakang terbuka. Ariel mengambil tasnya dan menggenggam tangan Andini. 

Mereka terobos barisan kawanan kawan yang kini menjadi makhluk aneh. Namun kali ini Bu Nuri yang mendekat dan membawa seperti dupa, lalu menaburkannya ke depan muka Andini. Lalu Andini seketika itu tertidur.

Ariel memukul Bu Nuri dengan tasnya. Namun hal itu tak membuatnya terluka. Malah Andini yang dibawanya pergi ke lantai dua.

Ariel yang menyadari bahwa kini posisinya diambang maut mencoba melawan sekuat tenaga. Walau ada yang memegang kakinya, mencekikku. Aku tak peduli. Ariel hanya melawan dan mencoba menerobos untuk menyelamatkan Andini.

Kini Ariel sudah berada di tangga hendak naik. Namun pada saat Ariel ada di anak tangga yang ke 5 dari bawah, salah satu dari mereka menyeret Ariel hingga terjatuh. Ariel merasakan punggungnya sakit. Dan mereka mulai mencoba membunuh Ariel dengan tangan kosong.


Ariel mencoba bangun, namun tak bisa. Sejenak Ariel membiarkan mereka membunuhnya, namun Ariel mendengar Andini berteriak lalu menjerit. Ariel kali ini berusaha untuk bangkit dan kali ini Ariel bisa bangun. Ariel naiki tangga itu dan aku menemukan bahwa Andini sedang disiksa oleh Bu Nuri yang kini terlihat lebih muda dan cantik sekali.


Andini

“Riiilll, tolong gua…”

Ariel Segera menuju Andini yang terikat di kursi, Ariel mencoba melepas ikatannya namun Bu Nuri yang membawa benda seperti cambuk itu meradang dan mencambuk Ariel. Ariel terjatuh saat Ariel berada di depan Andini. Tubuh Ariel terhempas layaknya memeluknya.



Andini
“Ril, tolong gua. Gua takut banget. Gua sakit” (berbisik)

Ariel
“Din, aku akan membawamu keluar dari sini” dengan tertatih

Ariel
“AAAKKHHH…” aku dicambuknya lagi

Andini
“Rill loe gak papa?”

Ariel tak menjawab pertanyaan Andini. Karena matanya tertuju pada kalung pisau lipat pada leher Andini. Ariel meraihnya dan seketika itu Ariel beralih dan menghujamkannya pada pangkal leher Bu nuri dan bu Nuri seketika itu reflek mencekik Ariel. Kini Ariel mencabut pisau lipat itu dan menusukkannya pada perutnya. Ariel menyayat perut Bu Nuri lalu darah merah segar mengucur deras membasahi pisau dan tangan Ariel. Namun bogem mentah mengarah pada pelipis Ariel yang membuatnya terjatuh.


Perempuan yang semula terlihat cantik itu kini menjadi sangat menyeramkan dengan darah di sekujur tubuhnya. Bu Nuri segera mencabut pisau lipat dari perutnya dan berjalan ke arah Ariel. Semakin dekat, dan kini tangannya telah bersiap untuk menghujam. Ariel bangkit dan menangkap tangannya dan berusaha untuk merebut pisau itu. Mereka saling mendorong, sesekali Ariel melihat Andini menutup matanya. 

Ariel mendorong Bu Nuri dan BU Nuri terpelanting ke jendela dan jatuh dari lantai dua. Ariel menghampiri jendela itu dan melihat ke bawah, tubuhnya tertancap pada ujung pagar yang runcin. Ujung pagar itu menembus tubuhnya. Banyak darah yang tercecer di sana.
Segera Ariel membebaskan Andini dan mengajaknya untuk pulang. 



Ariel

“Kita Pulang sekarang”
Ariel dan Andini berjalan keluar dan tak sengaja melewati dapur yang dan dengan iseng melihat isinya. Ternyata isinya makanan bercampur dengan binatang-binatang yang menjijikan.

Ariel dan Andini melanjutkan perjalanan kami, namun saat melewati ruang tamu, semua peserta yang ada telah tewas. Dari mulutnya keluar busa seperti keracunan. Andini menarik Ariel keluar dari villa itu. Ariel dan Andini keluar dan segera mencari tumpangan untuk kembali ke kota asal.

EXT. JALAN RAYA

Andini

“Ril, loe sayang gua ya?”

Ariel
“kenapa kok kamu tanya gitu?”

Andini
“habisnya kamu tadi nyelamatin aku” dengan diiringi senyum

Ariel
“hmm, mungkin aja” dengan nada mengejek

Andini
“Ril loe gak nembak gue?”

Ariel
“halah, walaupun ndak aku tembak, kamu kan tau kalo aku sayang kamu”

Andini
“ahh, loe ga romantis” sambil memeluk Ariel
Ariel dan Andini pulang dengan menumpang mobil salah seorang penduduk di sana. 

EXT. DIDALAM MOBIL

menceritakan apa yang terjadi.

Sopir

“Iya mbak di dalam villa itu memang sering terjadi hal-hal yang menyeramkan,

Saya juga salah satu orang yang juga berhasil lari dari villa itu.”

CREDIT TILTLE




0 komentar:

Posting Komentar