VILLA
Skenario : Toto
Prastyo
Dari Cerpen Karangan:
Ariel Kristant
EXT. HALAMAN SEKOLAH
Pak Joko
Sekarang anak-anak silahkan naik ke dalam bis.
Siswa naik ke
dalam bus
TITLE
VILLA
Andini menyuruh Ariel untuk geser agar dia bisa berada didekat jendela.
Andini
Ril, jangan pindah ya, gua mau duduk ama loe, ok (Sambil
mengedipkan mata)
Bus Berjalan
Andini memakai headshet dan menikmati musik sambil tersenyum. Aril memperhatikan Andini.
Sekitar jam 7 malam tampak semua penumpang terlelap. Aril menatap Andini dan tiba-tiba Ariel mencopot jaketnya untuk di selimutkan ke Andini. Dan Andini merubah posisi sandarannya ke pundak Ariel.
Bus berhenti
Ariel membangunkan Andini.
Ariel
Andini, Andini...Bangun sudah sampai.
Andini
terbangun
Andini
Terimakasih
EXT. HALAMAN VILLA MEWAH
Tampak sebuah Villa Mewah namun sangat menyeramkan.
Andini semakin erat menggandeng tangan Ariel.
Pak Joko
"Ayo anak anak
sekarang kita semua masuk kedalam Villa"
INT. DIDALAM KAMAR VILLA
HP Ariel berdering ada sms dari Andini
(SMS)
“Ril, temenin
aku dong takut nih”
“Kan ada Rio ya tho”
“Kan ada Rio ya tho”
“kok Rio
terus sih”
“nah terus, kenapa harus aku?”
“ndak mau, ya udah”
“nah terus, kenapa harus aku?”
“ndak mau, ya udah”
Andini
“Ril, bangun. Cepet…”
Ariel
“ahh, lima menit lagi”
“ahh, lima menit lagi”
Andini
“lho, cepet bangun kok”
“lho, cepet bangun kok”
Ariel
“haduh, diem deh”
“haduh, diem deh”
Andini menyiram satu ember air ke Ariel
Ariel
“eh, Andini. Tega bener nyiram aku..”
Andini
“bukannya tega Ril, tapi lihat loe tidur dimana?”
“bukannya tega Ril, tapi lihat loe tidur dimana?”
Ariel
“Astaga…”
“Astaga…”
Andini
“cepet gih turun”
“cepet gih turun”
Ariel
“iiyyyaaa”
“iiyyyaaa”
Ariel
“ngapain sih anak ini” (dalam hati)
Andini
“Ril, loe kok diem aja sih?”
Ariel
“abisnya dari kemaren sikapmu aneh banget sama aku.”
“abisnya dari kemaren sikapmu aneh banget sama aku.”
Andini
“aneh gimana? gua biasa aja tuh.”
“aneh gimana? gua biasa aja tuh.”
Ariel
“aneh banget, kenapa kamu maunya duduk sama aku? Dan sekarang nemenin aku dan bukan yang lain?”
“aneh banget, kenapa kamu maunya duduk sama aku? Dan sekarang nemenin aku dan bukan yang lain?”
Andini
“hmmm… Ril, mau tau alasannya?”
“hmmm… Ril, mau tau alasannya?”
Ariel
“ya mau, apa alasanmu”
“ya mau, apa alasanmu”
Andini
“hmmmm, loe mandi dulu tapi” wajah mengejek.
“hmmmm, loe mandi dulu tapi” wajah mengejek.
Ariel segera bergegas masuk ke kamar, namun saat mau membuka pintu Ariel menjadi gugup dan takut, karena kejadian semalam.
Andini
“he, cepet loe masuk” membentak
Ariel
“aku takut Ni, semalem ada kejadian aneh di dalam”
“aku takut Ni, semalem ada kejadian aneh di dalam”
Andini
“hmm, Ril, aku juga ngalamin hal yang aneh juga semalam”
“hmm, Ril, aku juga ngalamin hal yang aneh juga semalam”
Ariel
“lho iya tha?”
“lho iya tha?”
Andini
“iya, loe mau tau nda?”
“iya, loe mau tau nda?”
Ariel
“iya apa? Ceritain ke aku”
“iya apa? Ceritain ke aku”
Andini
“hmmm… ini aneh banget Ril, gua kangen loe. Hahahaha”
“hmmm… ini aneh banget Ril, gua kangen loe. Hahahaha”
Ariel
“lhe, ini serius yoo. Aku nda jadi mandi deh.”
“lhe, ini serius yoo. Aku nda jadi mandi deh.”
Andini
“berarti gua ga jadi ngasih tau alasanya dong.”
“berarti gua ga jadi ngasih tau alasanya dong.”
Ariel
“ya jangan gitu lha..”
“ya jangan gitu lha..”
Andini
“eh, ngobrol di teras yuk, mumpung yang lain belum bangun”
“eh, ngobrol di teras yuk, mumpung yang lain belum bangun”
EXT. TERAS VILLA
Teras itu menghadap ke arah gunung. Jadi seolah-olah villa berhadapan dengan gunung langsung. Udara Dingin sedikit demi sedikit menghipnotis. Mereka berdua duduk di kursi teras. Lagi lagi Andini menggenggam tangan Ariel. Kali ini Ariel balas genggamannya, Andini menatap Ariel dan.
Ariel
“Din, kamu sudah sering gini ya sama cowok?”
Andini
“gini, maksud loe?”
“gini, maksud loe?”
Ariel
“ya berduaan, terus pegangan tangan, terus…”
“ya berduaan, terus pegangan tangan, terus…”
Andini
“ga pernah kok” sahut Ariel cepat
Ariel
“nah terus kok sama aku kamu gini”
Andini
“hmm, gua suka loe Ril”
“hmm, gua suka loe Ril”
Ariel
“hah?”
“hah?”
Andini
“iya, gua suka. Loe yang terlalu lama diem.”
“iya, gua suka. Loe yang terlalu lama diem.”
Andini
“eh, lihat tuh, mataharinya indah banget ya” (sambil menunjuk matahari mencoba mengalihkan perhatian)
“eh, lihat tuh, mataharinya indah banget ya” (sambil menunjuk matahari mencoba mengalihkan perhatian)
Rio
“woi, enak banget ya pacaran di sini” (ledek Rio dengan wajah
cemburunya)
Andini
“akh diem loe.” dengan sewotnya
“akh diem loe.” dengan sewotnya
Mita
“Rio, kamu kok di sini cayang..”
“Rio, kamu kok di sini cayang..”
Andini
“Tuh ada Mita, sana pacaran sendiri, jangan ganggu gua.” Menyeleletuk
“Tuh ada Mita, sana pacaran sendiri, jangan ganggu gua.” Menyeleletuk
Andini
“Riel, satu hal lagi yang harus loe ngerti”
Ariel
“Apa Din?”’
“Apa Din?”’
Andini
“hmm, loe bau. belum mandi. Hehehe”
“hmm, loe bau. belum mandi. Hehehe”
“BBRRAAAKKK”
Andini
“eh, apa itu Ril?”
“eh, apa itu Ril?”
Ariel
“Pintunya ketutup sendiri”
“Pintunya ketutup sendiri”
Andini
“eh, padahal nggak ada angin ya?”
“eh, padahal nggak ada angin ya?”
Ariel
“coba aku periksa.”
“coba aku periksa.”
Ariel
“wah, kok aneh banget ya” Gumam Ariel dalam hati
“wah, kok aneh banget ya” Gumam Ariel dalam hati
Andini
“Ril, ayo makan”
“Ril, ayo makan”
Ariel
“ok Din, kamu masuk dulu deh, aku ntar nyusul”
“ok Din, kamu masuk dulu deh, aku ntar nyusul”
Andini
“ga mau, maunya sama kamu”
“ga mau, maunya sama kamu”
Ariel
“ih, manja bener”
“ih, manja bener”
Ariel dan Andini masuk dan mendapati semua anak yang lain telah menikmati masakan yang telah dimasak Bu Nuri. Andini dan Ariel sudah mengambil piring dan hendak mengambil lauk.
Andini
“Ril, gua nda suka lauknya. Kita ngemie aja yuk” sambil tersenyum
“Ril, gua nda suka lauknya. Kita ngemie aja yuk” sambil tersenyum
Ariel
“ah, kamu ini ada-ada aja.”
“ah, kamu ini ada-ada aja.”
Andini
“gak papalah, ya.. gua tiba-tiba ngidam mie”
“gak papalah, ya.. gua tiba-tiba ngidam mie”
Ariel
“ihh, ngidam, mang hamil kamu? Haha”
“ihh, ngidam, mang hamil kamu? Haha”
Andini
“kan kamu bapaknya? Wwkwkwkwk”
“kan kamu bapaknya? Wwkwkwkwk”
Ariel
“ya udah, masak mie yuk”
“ya udah, masak mie yuk”
Andini
“Ril, kok semuanya nyeremin ya.”
Ariel
“iya Din, takut aku jaDinya.”
“iya Din, takut aku jaDinya.”
Andini
“Ril, pulang yuk gua jadi takut banget.”
“Ril, pulang yuk gua jadi takut banget.”
Ariel
“iya, tapi yang lain gimana?”
“iya, tapi yang lain gimana?”
Andini
“biarin aja deh”
“biarin aja deh”
Ariel
“ya udah ambil tasmu, aku ambil tasku. Kita pergi” dengan nada Tegas
“ya udah ambil tasmu, aku ambil tasku. Kita pergi” dengan nada Tegas
Andini
“ok Ril”
Andini
“pintunya gak bisa di buka. Aduh”
Mendapati Bu Nuri telah berubah menjadi seram
Bu Nuri
“kalian tak bisa keluar dari sini. Kalian adalah Tumbalku.”
Ariel
“si.. si.. siapa itu?”
“si.. si.. siapa itu?”
Ariel dan Andini semakin terpojok. Ariel melihat pintu belakang terbuka. Ariel mengambil tasnya dan menggenggam tangan Andini.
Mereka terobos barisan kawanan kawan yang kini menjadi makhluk aneh. Namun kali ini Bu Nuri yang mendekat dan membawa seperti dupa, lalu menaburkannya ke depan muka Andini. Lalu Andini seketika itu tertidur.
Ariel memukul Bu Nuri dengan tasnya. Namun hal itu tak membuatnya terluka. Malah Andini yang dibawanya pergi ke lantai dua.
Ariel yang menyadari bahwa kini posisinya diambang maut mencoba melawan sekuat tenaga. Walau ada yang memegang kakinya, mencekikku. Aku tak peduli. Ariel hanya melawan dan mencoba menerobos untuk menyelamatkan Andini.
Kini Ariel sudah berada di tangga hendak naik. Namun pada saat Ariel ada di anak tangga yang ke 5 dari bawah, salah satu dari mereka menyeret Ariel hingga terjatuh. Ariel merasakan punggungnya sakit. Dan mereka mulai mencoba membunuh Ariel dengan tangan kosong.
Ariel mencoba bangun, namun tak bisa. Sejenak Ariel membiarkan mereka membunuhnya, namun Ariel mendengar Andini berteriak lalu menjerit. Ariel kali ini berusaha untuk bangkit dan kali ini Ariel bisa bangun. Ariel naiki tangga itu dan aku menemukan bahwa Andini sedang disiksa oleh Bu Nuri yang kini terlihat lebih muda dan cantik sekali.
Andini
“Riiilll, tolong gua…”
Ariel Segera menuju Andini yang terikat di kursi, Ariel mencoba melepas ikatannya namun Bu Nuri yang membawa benda seperti cambuk itu meradang dan mencambuk Ariel. Ariel terjatuh saat Ariel berada di depan Andini. Tubuh Ariel terhempas layaknya memeluknya.
Andini
“Ril, tolong gua. Gua takut banget. Gua sakit” (berbisik)
“Ril, tolong gua. Gua takut banget. Gua sakit” (berbisik)
Ariel
“Din, aku akan membawamu keluar dari sini” dengan tertatih
“Din, aku akan membawamu keluar dari sini” dengan tertatih
Ariel
“AAAKKHHH…” aku dicambuknya lagi
“AAAKKHHH…” aku dicambuknya lagi
Andini
“Rill loe gak papa?”
“Rill loe gak papa?”
Ariel tak menjawab pertanyaan Andini. Karena matanya tertuju pada kalung pisau lipat pada leher Andini. Ariel meraihnya dan seketika itu Ariel beralih dan menghujamkannya pada pangkal leher Bu nuri dan bu Nuri seketika itu reflek mencekik Ariel. Kini Ariel mencabut pisau lipat itu dan menusukkannya pada perutnya. Ariel menyayat perut Bu Nuri lalu darah merah segar mengucur deras membasahi pisau dan tangan Ariel. Namun bogem mentah mengarah pada pelipis Ariel yang membuatnya terjatuh.
Perempuan yang semula terlihat cantik itu kini menjadi sangat menyeramkan dengan darah di sekujur tubuhnya. Bu Nuri segera mencabut pisau lipat dari perutnya dan berjalan ke arah Ariel. Semakin dekat, dan kini tangannya telah bersiap untuk menghujam. Ariel bangkit dan menangkap tangannya dan berusaha untuk merebut pisau itu. Mereka saling mendorong, sesekali Ariel melihat Andini menutup matanya.
Ariel mendorong Bu Nuri dan BU Nuri terpelanting ke jendela dan jatuh dari lantai dua. Ariel menghampiri jendela itu dan melihat ke bawah, tubuhnya tertancap pada ujung pagar yang runcin. Ujung pagar itu menembus tubuhnya. Banyak darah yang tercecer di sana.
Segera Ariel membebaskan Andini dan mengajaknya untuk pulang.
Ariel
“Kita Pulang sekarang”
Ariel dan
Andini berjalan keluar dan tak sengaja melewati dapur yang dan dengan iseng
melihat isinya. Ternyata isinya makanan bercampur dengan binatang-binatang yang
menjijikan.Ariel dan Andini melanjutkan perjalanan kami, namun saat melewati ruang tamu, semua peserta yang ada telah tewas. Dari mulutnya keluar busa seperti keracunan. Andini menarik Ariel keluar dari villa itu. Ariel dan Andini keluar dan segera mencari tumpangan untuk kembali ke kota asal.
EXT. JALAN RAYA
Andini
“Ril, loe sayang gua ya?”
Ariel
“kenapa kok kamu tanya gitu?”
“kenapa kok kamu tanya gitu?”
Andini
“habisnya kamu tadi nyelamatin aku” dengan diiringi senyum
“habisnya kamu tadi nyelamatin aku” dengan diiringi senyum
Ariel
“hmm, mungkin aja” dengan nada mengejek
“hmm, mungkin aja” dengan nada mengejek
Andini
“Ril loe gak nembak gue?”
“Ril loe gak nembak gue?”
Ariel
“halah, walaupun ndak aku tembak, kamu kan tau kalo aku sayang kamu”
“halah, walaupun ndak aku tembak, kamu kan tau kalo aku sayang kamu”
Andini
“ahh, loe ga romantis” sambil memeluk Ariel
Ariel dan
Andini pulang dengan menumpang mobil salah seorang penduduk di sana. “ahh, loe ga romantis” sambil memeluk Ariel
EXT. DIDALAM MOBIL
menceritakan apa yang terjadi.
Sopir
“Iya mbak di dalam villa itu memang sering terjadi hal-hal yang
menyeramkan,
Saya juga salah satu orang yang juga berhasil lari dari villa itu.”
CREDIT TILTLE
0 komentar:
Posting Komentar